-->

Materi Ciri Bahasa Teks Pantun dan Cara Menginterpretasi Teks Pantun

Selanjut pembahasan kali ini masih tentang pantun, Namun kali ini materi yang akan saya paparkan saya kutip dari quipperschool Biar sumber materi yang dipaparkan lebih jelas lagi.



Ciri Bahasa Teks Pantun

Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Tujuannya adalah agar apa yang ada dalam pikirannya dapat tersampaikan dengan baik. Pada pantun, bahasa yang digunakan pun harus dapat mengomunikasikan apa yang akan disampaikan. Adapun ciri bahasa teks pantun adalah (1) bahasa kiasan dan (2) bahasa imaji. Berikut ciri bahasa pantun.

1. Bahasa Kiasan (Majas)

Bahasa kiasan atau disebut juga majas adalah gaya bahasa yang digunakan pada pantun. Bahasa kiasan adalah bahasa yang menggunakan kata-kata indah, kata-kata bukan dalam arti yang sebenarnya.

Artinya, makna pada sebuah kata atau bahasa yang digunakan memiliki arti lain.

Majas berkaitan erat dengan diksi, yaitu pemilihan kata yang digunakan agar memiliki nilai lebih, memiliki arti yang berkesan, dan yang utama adalah ketepatan kata. Sehingga, pantun yang dihasilkan bukanlah pantun yang asal-asalan, tidak bermakna, dan tidak berkesan.

Karena itu ketika membuat pantun atau karya sastra lain, dapat dikatakan sebagai proses berpikir bahasa. Berikut beberapa contoh bahasa kiasan.

  • banting tulang = bekerja
  • tangan kanan = orang kepercayaan
  • naik darah = marah
  • kecil hati = minder
  • ringan tangan = mudah memukul
  • tutup mulut = tidak mau bicara
  • tebal muka = tidak punya rasa malu
  • dewi malam = bulan
  • raja siang = matahari
  • gatal mulut = tidak dapat menyimpan rahasia
  • buah bibir = pembicaraan
  • muka masam = cemberut
  • buah tangan = oleh-oleh
Bahasa kiasan sering digunakan pada karya sastra berupa puisi, novel, dan pantun. Majas dibagi menjadi perbandingan, pertentangan, penegasan, dan sindiran.

a. Perbandingan
Majas perbandingan adalah bentuk majas yang membandingkan antara satu dengan yang lain. Jenis majas perbandingan adalah asosiasi, personifikasi, metafora, sinekdoke, metonimia, simbolik, alegori, dan simile.
Contoh:

  1. Kulitnya putih halus bagaikan salju. (asosiasi)
  2. Nyiur melambai-lambai di pinggir pantai. (personifikasi)
  3. Si jago merah melahap gedung perkantoran dalam sekejap. (metafora)
  4. Sampai jam segini ia belum kelihatan batang hidungnya. (sinekdoke)
  5. Paman datang diantar Daihatsu. (metonimia)
  6. Sejak keluar dari bui, ia dianggap sebagai sampah masyarakat. (simbolik)
  7. Dalam kehidupan berumah tangga, suami sebagai nakhoda, istri sebagai juru mudi. (alegori)
  8. Kau selayaknya kembang, akulah kumbangnya. (simile)

b. Pertentangan

Majas pertentangan adalah bentuk majas yang mempertentangkan sesuatu. Jenis majas pertentangan adalah hiperbola, litotes, antithesis, dan paradoks.

Contoh:

1) Air matanya menganak sungai. (hiperbola)

2) Aku hanyalah rakyat jelata. (litotes)

3) Siang malam bekerja tak kenal lelah. (antithesis)

4) Terasa sepi hati ini meski berada di ingar bingar suara keras. (paradoks)

c. Penegasan

Majas penegasan adalah bentuk majas yang bertujuan menekankan sesuatu. Jenis majas penegasan adalah pleonasme, paralelisme, repetisi, klimaks, antiklimaks, retorika, dan tautologi.

Contoh:

  1. Semua siswa segera turun ke bawah. (pleonasme)
  2. Hidup adalah ujian, hidup adalah perjalanan panjang menuju keabadian. (paralelisme)
  3. Selamat datang kawanku, selamat berjumpa sahabatku. (repetisi)
  4. Semua yang hadir mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, dan orang tua, memberi ucapan selamat. (klimaks)
  5. Mulai dari perkotaan, pedesaan, hingga kampong-kampung, menggelar upacara Kemerdekaan RI. (antiklimaks)
  6. Untuk apa kita sesungguhnya hidup di dunia ini? (retorika)
  7. Hendaknya kamu menjadi anak yang patuh, turut, dan nunut, Nak. (tautologi)

d. Sindiran

Majas sindiran adalah bentuk majas yang memuat kata-kata menyindir tetapi disampaikan dengan bahasa kiasan. Jenis majas sindiran adalah ironi, sarkasme, dan sinisme.

  1. Sangking rajinnya, rumah bagaikan kapal pecah. (ironi)
  2. Muak rasanya melihat tingkah polahnya. (sarkasme)
  3. Suaramu bagus sekali kalau menyanyikannya di dalam hati! (sinisme)

2. Bahasa Imaji

Bahasa imaji adalah gaya bahasa yang digunakan pada pantun. Bahasa imaji adalah bahasa yang mengungkapkan pencitraan, gambaran, kesan, bayangan, dan imajinasi. Tujuan penggunaan bahasa imaji adalah memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang kita pikirkan.

Bahasa imaji biasanya menggambarkan pencitraan indera, seperti pendengaran (telinga), penglihatan (mata), penciuman (hidung), rasa (hati), raba (kulit), kecap (lidah), dan gerak (tubuh makhluk hidup). Berikut contoh bahasa imaji.

  • embusan angin (pendengaran, raba), gelak tawa (pendengaran), 
  • desir ombak (pendengaran dan penglihatan), 
  • rintik hujan (penglihatan dan pendengaran),
  • wangi bunga, aroma busuk (penciuman),
  • gelak tawa, diiris sembilu, gundah gulana (rasa),
  • kulit halus mulus, halus lembut (raba),
  • lezat, nikmat (kecap), dan
  • lengan melambai, kaki melangkah, (gerak)
  • rambut hitam lebat (penglihatan),
  • ombak bergulung (penglihatan).
Di atas sudah dijelaskan bahasa yang terdapat dalam pantun, biar materi abhasa teks pantun lebih lengkap maka saya akan jelaskan tambahannya mengenai Interpretasi teks pantun. Masih dari quipperschool


Tujuan Interpretasi

Kegiatan menginterpretasi sebuah teks memiliki banyak tujuan, terutama dalam hal belajar memahami isi sebuah pantun. Meski tujuan kebahasaan adalah yang utama, tapi ada beberapa tujuan lain yang perlu kalian ketahui. Berikut ini beberapa tujuan menginterpretasi sebuah teks.

  1. Interpretasi bertujuan untuk memberikan pengertian dan makna pantun. Setiap pantun yang dibuat pastilah memiliki makna yang hendak dimengerti oleh pembacanya. Oleh karena itu, diperlukan interpretasi atau penafsiran agar makna tersebut sampai kepada pembaca. Pengertian dan makna pantun didapat dalam proses membaca dan menulis (lihat langkah-langkah interpretasi teks pantun).
  2. Interpretasi bertujuan untuk melatih penggunaan perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Dalam proses interpretasi, tentu kalian melibatkan bahasa sebagai objek. Jika perbendaharaan bahasa kalian baik, otomatis isi sebuah pantun dapat mudah diinterpretasi atau ditafsirkan.
  3. Interpretasi bertujuan untuk mengasah imajinasi. Imajinasi atau daya khayal semakin terasah karena dalam proses interpretasi, kalian dituntut untuk berpikir dan mengira apa yang hendak disampaikan oleh pengarang.
  4. Interpretasi bertujuan untuk memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Dalam proses mencari makna, kalian tentu menemukan kata baru yang harus diinterpretasi. Kata-kata tersebut menjadi input perbendaharaan kata bahasa Indonesia.
  5. Interpretasi bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang makna kata. Setiap kata memiliki makna. Dengan demikian, kata-kata yang terdapat pada pantun akan menuntun kalian dalam menambah pengetahuan tentang makna dalam proses interpretasi.
  6. Interpretasi bertujuan untuk mengasah sensitivitas sebuah kata.
  7. Interpretasi bertujuan untuk berlatih menangkap makna secara cepat dan tepat.
  8. Interpretasi bertujuan untuk menjaga budaya masyarakat.
  9. Interpretasi bertujuan untuk melestarikan karya sastra Indonesia.
Setelah kita tahu, apa tujuan dari interpretasi teks pantun maka sekarang kita bahs seperti apa cara menginterpretasi teks pantun tersebut. dan lagi-lagi masih dari quipperschool

Langkah-langkah Interpretasi Teks Pantun

Ketika hendak menginterpretasi sebuah teks, baik itu pantun maupun teks lainnya, kalian harus memahami langkah-langkah interpretasi. Berikut langkah-langkah interpretasi teks pantun.

1. Membaca

Membaca merupakan langkah awal yang harus kalian lakukan. Membaca berarti harus ada teks pantun sebagai objek interpretasi. 

  • Bacalah teks pantun dengan saksama. Artinya, baca dengan perlahan sambil memaknai setiap diksi (pemilihan kata) yang terdapat pada pantun.
  • Baca berulang hingga berkali-kali agar pemahaman lebih mendalam.
  • Telaah setiap kata, rima, pola, bahasa, sampiran, isi, dan bait pantun.
  •  Jika perlu, sediakan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sebagai rujukan makna dan arti kata.
  • Tafsiran, gambaran atau pandangan biasanya akan muncul pada bagian “isi” karena pada bagian inilah terdapat tujuan penulis membuat pantun.
2. Menulis

Menulis merupakan langkah berikutnya untuk menginterpretasikan pantun. Tuliskan makna pantun yang telah kalian dapatkan pada proses membaca tadi. 

Segera tuliskan tafsiran, gambaran, atau pandangan awal dari isi pantun. Gambaran atau pandangan setiap orang berbeda-beda, namun hal tersebut bukan untuk diperdebatkan, melainkan untuk didiskusikan.

Terima aksih atas kunjungan di blog ini, semoga ringkasan materi yang sudah dipaparkan bisa bermanfaat dan terima aksih.

0 Response to "Materi Ciri Bahasa Teks Pantun dan Cara Menginterpretasi Teks Pantun"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel